Batu Akik Pacitan
Berita, Informasi, Kerajinan, News, Pacitan, Utama 03.02
PACITAN - Batu akik. Pacitan tempatnya. Desa Sukodono, Kec. Donorojo pusat
pembuatannya. Pasar Kliwon yang buka se- tiap Kliwon, adalah bursa batu
akik yang paling ramai dikunjungi para pecinta batu agate ini. Pengrajin
batu akik Sukodono menikmati kejayaannya cukup panjang mulai tahun
1960-an sampai tahun 1990-an. Produk batunya terkenal indah, karena
proses pembuatan dan bahan bakunya juga berkualitas tinggi.
Tanah Pacitan mengandung batu batuan yang bagus untuk diolah menjadi
batu mulia. Batu jenis, jasper, fosil kayu, kalsedon, dan pasir kwarsa
tersimpan melimpah di bumi Pacitan. Bahan material berupa bongkahan batu
besar itu dipotong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. Setelah
dipoles, batu akik itu digosok dengan amplas dan bubuk batu intan. Ada
juga yang masih menggnaka potongan bambu untuk finishingnya.
Proses panjang itu akhirnya terbentuklah batu akik yang sangat
menawan. Dan batu-batu itu pun diberi nama sesuai alur serat, ketajaman
serta warnanya. Seperti, batu Sulaiman berserat garis-garis dan warnanya
seperti madu. Batu yahman warnanya seperti batu sulaiman, namun uratnya
menyerupai bentuk air.Sedangkan batu yahman bungur berwarna
ungu-kecubung. Batu pancawarna, sesuai dengan namanya, mengandung lima
macam warna. Adapun batu badar asem memiliki serat seperti ram but
halus, dan sering juga disebut rambut cendana.
Batu akik Sukodono telah mengharumkan nama Pacitan. Berkat pegrajin
batu akik desa ini, nama Pacitan dikenal penggemar batu mulia dari
dalam dan luar negri. “Pacitan sudah menjadi produsen sekaligus bursa
batu akik yang paling banyak didatangi pembeli dari Australia, Korea,
Jepang dan banyak lagi,” kenang seorang pengrajin batu akik Sukodono.
Namun, masa keemasan batu akik Pacitan saat ini sudah mulai surut.
Penurunan jumlah pembeli terlihat menjelasng Indonesia dilanda krisis
moneter pada 1998. Pedagang di Pasar Kliwon mulai sepi pembeli,
sehingga berpengaruh pada pengrajin. Produksi batu akiknya melorot
tajam. Desa Sukodono mulai sepi kembali. Para pengrajin batu mulia ini
sudah banyak beralih profesi, tetapi di depan rumah maupun di dalamnya,
masih tersimpan beberapa peralatan untuk memproduksi batu yang sudah
tidak terawat lagi.
Di Kecamatan Donorojo, selain Desa Sukodono, para pengrajin batu akik
juga tersebar di Desa Gendaran. Namun, akibat melorotnya jumlah
permintaan batu akik yang terjun bebas, para pekerja dan pengrajin di
Gendaran juga sudah banyak meninggalkan profesinya. “Sekarang ini pasar
batu akik sudah sepi. Jarang pengrajin yang mau memroduksi batu akik,”
ungkap Par- to Wiyono, pemilik Gems Stones Art Shop di Desa Sukodono,
Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan.
Dia mengkisahkan, pembeli batu akik saat ini berbeda jauh dengan 20
tahun yang lalu. Masa kejayaan pengrajin batu akik berkisar tahun
1960-an sampai 1995-an. Setelah krismon tahun 1998, masa suram mulai
melanda pengrajin batu akik, sehingga sampai saat ini belum ada usaha
untuk mengangkat kembali batu akik ini. “Pada masa kejayaan itu batu
akik menjadi mata pencaharian utama warga desa, tetapi ketika masa suram
telah tiba maka warga desa sudah banyak meninggalkan profesinya
sebagai pengrajin batu akik,”uja Batu akik termasuk barang kesenangan,
bukan kebutuhan pokok. Batu akik banyak disimpan dan dipakai sebagai
prestise, bahkan sebagian memakainya untuk kewibawaan, meningkatkan
derajat dan lainnya. Masa depan batu akik Pacitan semakin suram,
setelah beberapa daerah juga ditemukan jenis batu-batuan yang mulai
diburu penggemar batu. Batu bacan dari Maluku, misalnya, saat ini lagi
ramai diperdagangkan karena banyak penggemarnya.
Sumber: jatim.info
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :