Prof Haryono, Bapak KB, Kelahiran Pacitan
Pacitan, Pucangsewu, Tokoh 12.10
Selama revolusi 1945, Haryono yang masih kecil sekolah SD di desanya. Haryono kecil ikut mengungsi berpindah dari satu SD di desanya ke SD di desa pengungsian. Namun dia tetap bersekolah dan bergaul dengan anak-anak desa perjuangan tersebut. Selama masa itu Haryono sempat naik kelas duakali dalam satu tahun pelajaran karena dianggap menonjol dikalangan teman- temannya. Haryono menamatkan SD di Pacitan itu pada tahun 1951.
Setelah menyelesaikan pendidikannya pada tingkat SD, Haryono melanjutkan sekolah menengah pertamanya di Yogyakarta, yaitu pada SMP IV Negeri dan SMA IVB Negeri. Selama sekolah SMA Negeri IVB di Yogyakarta Haryono sangat aktip dalam lingkungan penerbitan majalah sekolah dan selama tiga tahun berturut-turut menjadi pimpinan redaksi dari majalah Gelora sekolah tersebut. Pengalaman itulah yang menempatkan Haryono lebih lancar menulis dan membuat laporan.
Setelah menyelesaikan pendidikan SMP pada tahun 1954, dan SMA IVB Negeri pada tahun 1957, selama dua tahun pertama Haryono meneruskan pendidikannya pada Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada di Yogyakarta. Diluar kuliah Haryono aktif dalam organisasi non kampus dikampungnya bersama dengan para mahasiswa Universitas Gajah Mada, antara lain mantan Gubernur Kalimantan Selatan Drs. Gusti Hasan Aman, yang waktu itu adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Gajah Mada.
Namun karena ada sesuatu dan lain hal, maka Haryono tidak sanggup meneruskan pendidikannya di Fakultas Kedokteran UGM dan pindah ke Jakarta mengikuti kakaknya dan meneruskan kuliah sebagai mahasiswa Ikatan Dinas pada Akademi llmu Statistik (AIS) Jakarta, suatu Akademi Kedinasan dibawah naungan Biro Pusat Statistik di Jakarta. Pendidikan kedinasan tersebut diselesaikannya dengan baik dalam waktu tiga tahun.
Segera setelah menyelesaikan pendidikan pada Akademi llmu Statistik Jakarta, maka pada tanggal 30 Agustus 1963 Haryono menikah dengan gadis cantik asli Betawi Astuti Hasinah dan kemudian dikaruniai empat orang anak: Ria Indrastuti (1964), Dewi Pujiastuti(1965), Fajar Wiryono (1967) dan Rina Mardiana (1968). Dengan empat orang anak tersebut kadang-kadang Haryono disangka tidak melaksanakan program KB, padahal anaknya yang terkecil dilahirkan dua tahun sebeIum program KB resmi dimulai pada tahun 1970.
Angkatan Haryono pada AIS termasuk angkatan yang istimewa. Selama tiga tahun dalam AIS tersebut angkatan ini mendapat dosen yang sebagian besar adalah ahli-ahli PBB dari luar negeri yang sedang membangun perstatistikan di Indonesia. Namun beasiswa waktu itu sangat minim, padahal Saudara yang diikuti oleh Haryono adalah seorang pegawai negeri yang gajinya pas-pasan.
Karena Haryono beruntung mendapat dosen yang tangguh, maka setelah tamat AIS pada tahun 1963 Haryono sebagai salah seorang mahasiswa yang menonjol, antara lain karena selama mahasiswa dianggap giat sebagai Wakil Ketua kemudian Ketua Senat Mahasiswa AlS, maka Haryono mendapat kesempatan untuk ditunjuk menjadi Asisten dari DirekturAlS.
Pada jabatan inilah Haryono menyebarluaskan kesadaran statistik di berbagai Departemen dan Instansi pemerintah dan menggerakkan para wartawan untuk mengulas hasil-hasil survey, termasuk Survey Sembilan Bahan Pokok yang dilakukan setiap minggu oleh BPS. Pada saat itu pula Indonesia sedang giat-giatnya berusaha menurunkan angka inflasi yang sangat tinggi, sehingga Haryono setiap minggu mondar-mandir ke Jalan Medan Merdeka Barat no. 15 untuk mengirimkan laporan kepada Bapak Sudharmono, SH (Mensekneg pada waktu itu) untuk keperluan Sidang Kabinet. Pernah terjadi pada suatu ketika, sewaktu Menteri Sekretaris Negara masih dipegang oleh Bapak Alamsyah Ratu Perwiranegara, perubahan inflasi cukup ruwet, sehingga Haryono ditahan untuk duduk di pojok selama beliau menerangkan angka-angka tersebut, jaga-jaga kalau ada kemacetan.
Setelah bekerja pada Biro Pusat Statistik (BPS) dari tahun 1963-1969, mulai bulan Mei 1969 Haryono mendapat kesempatan belajar ke luar negeri yaitu di University of Chicago di Amerika Serikat. Suatu universitas yang terkemuka dan termahal di Amerika Serikat.
Dalam waktu tiga tahun, 1969 - 1972, Haryono menyelesaikan tugas belajar itu dengan cepat, sehingga pendidikan S1, S2 dan S3- atau gelar Master dan Doktor dalam bidang Sosiologi dengan spesialisasi dalam bidang Komunikasi dan Perubahan Sosial serta Kependudukan dan Pembangunan dapat diselesaikannya dengan baik. Dikalangan kampus, terutama bagi orang Amerika yang agak sulit menyebut nama Haryono maka, beliau mendapat sebutan Mr. Hary. Bahkan teman-teman lamanya sampai sekarang masih menyebutnya dengan nama Mr. Hary.
Setelah kembali ke tanah air Haryono bekerja lagi pada Biro Pusat Statistik (BPS) dan merangkap juga pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Akhirnya Haryono melekat dengan BKKBN dan menanjak kariernya sebagai Deputi untuk beberapa bidang dan kemudian dipercaya oleh Bapak Presiden Soeharto (waktu itu) untuk menjadi Kepala BKKBN pada tahun 1983.
Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Pacitan, 6 Mei 1938
Status Perkawinan : Kawin
Nama Isteri : Hj. Astuty Hasinah Haryono
Alamat : Rumah Jl. Pengadegan Barat 4, Jakarta12770
Telpon : (021) 799-4943
Fax : (021) 797-3516
Alamat : Kantor Gedung Granadi 4 Floor Kuningan Jakarta Selatan
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
